Dukung Perjuangan Rakyat Eritrea Melawan Kediktatoran*
Solidaritas Eritrea memanggil kepedulian kawan-kawan sekalian untuk mendukung perjuangan saudara-saudari kami yang tengah menanggung penderitaan akibat penindasan rezim kediktatoran di Eritrea.
Saat ini dunia menyaksikan berbagai gelombang perlawanan kerakyatan di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menggulingkan penindasan politik, pemberangusan kebebasan, kesenjangan sosial, dan pemerintahan korup. Kawan-kawan kami di Eritrea pun saat ini tengah menanggung iklim politik serupa di bawah penindasan rezim kediktatoran Isaias Afwerki.
Semenjak kemerdekaan Eritrea pada tahun 1993, tak ada partai politik (parpol) yang diijinkan berdiri selain parpol penguasa. Selain itu juga tak ada pemilihan umum (pemilu) nasional sama sekali. Diktator di Eritrea telah menjadikan Eritrea sebagai suatu penjara raksasa. Eritrea tak ada ubahnya dengan suatu negara polisi di bawah kekuasaan diktator perorangan yang memerintah dengan tangan besi. Selama dua puluh tahun terakhir rezim Eritrea telah gagal dalam melindungi rakyatnya sendiri dan malah menyeret negeri ke dalam empat perang yang berakibat terbunuhnya dan terusirnya puluhan ribu rakyat Eritrea.
Sebagai rakyat Eritrea, kami menentang sistem kerja paksa, pengusiran sistematis, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Eritrea. Kami memandang bahwa seluruh dunia perlu mengetahui kekejaman yang dilakukan oleh rezim kediktatoran Eritrea yang tidak mengenal ampun. Hingga kini rezim agresif ini telah mendorong warga Eritrea, baik laki-laki maupun perempuan, berumur antara 18 hingga 50 tahun, ke dalam sistem kerja paksa tanpa jangka waktu yang jelas dan tanpa upah sama sekali. Rezim Eritrea berkali-kali melakukan pemenjaraan secara sewenang-wenang, penyiksaan keji, dan pembunuhan ekstra-yudisial, yang mengakibatkan banyak rakyat Eritrea kabur keluar negari dan menjadi korban Human Trafficking (perdagangan manusia) baik di Sudan, Mesir, maupun Israel.
Eritrea adalah salah satu negara di Afrika yang tidak memiliki kebebasan pers dan media massa independen. Banyak wartawan yang kini mendekam di tahanan tanpa akses komunikasi keluar sama sekali sejak 18 September 2001. Wartawan asing maupun aktivis Non-Government Organisation (NGO) atau organisasi non pemerintah (Ornop) juga banyak yang dideportasi maupun dilarang dan dihalang-halangi untuk memperoleh visa masuk.
Jenderal-jenderal rezim kedikatoran di Eritrea juga terkenal kebejatan moralnya karena memerkosa gadis-gadis di kamp pelatihan dinas nasional (Sawa). Kekejaman ini didokumentasikan salah satunya melalui tulisan Xavier La Canna yang dimuat di The Age berjudul “When Rape is a Requirement of Military Service[1]” (Ketika Perkosaan adalah Persyaratan Dinas Militer) pada 5 Desember 2002.
Kekuasaan terror ini juga mendera rakyat Eritrea yang hidup di diaspora. Mereka dipaksa membayar pajak ganda (baik sebesar 2% maupun pajak-pajak tambahan lainnya) kepada pemerintah Eritrea meskipun mereka sudah berganti kewarganegaraan baik sebagai warga negara Amerika, Eropa, maupun Australia. Bila mereka menolak atau tidak membayar pajak tersebut maka sanak keluarga mereka di Eritrea akan dikenai hukuman, baik berupa pelarangan beraktivitas maupun larangan mendapatkan izin bekerja dan berusaha.
Kami memanggil kepedulian semua orang yang cinta perdamaian dan semua komunitas untuk mendukung rakyat Eritrea yang berada di kamp-kamp pengungsiaan. Kami juga mendesak agar seluruh negara khususnya yang tergabung di PBB dan Dewan Kemanan PBB, untuk mendesak penerapan resolusi Dewan Keamanan 2023 serta mengakhiri perdagangan manusia yang menimpa para pengungsi Eritrea di perbatasan Sudan dan gurun Sinai.
Kinilah saatnya untuk menggulingkan tiran Eritrea dan membawa Eritrea ke jalan demokrasi!
Semua rezim tirani harus hancur dan kekuasaan rakyat harus menang!
Solidaritas Global untuk Eritrea
*diterjemahkan oleh Harianto
[1] Tulisan tersebut telah dihapus dari situs resmi The Age akibat keberatan yang dilayangkan oleh pihak pemerintah Eritrea