Keffiyeh
Keffiyeh atau kufiya merupakan syal tradisional Timur Tengah yang biasa dipakai sebagai surban oleh orang-orang Arab dan Turki, termasuk Palestina. Kaum tani Palestina secara turun-temurun menggunakan Keffiyeh, sebagaimana para penduduk Arab lainnya yang juga tinggal di daerah-daerah gersang, untuk melindungi para penggunanya dari terik matahari, debu, dan pasir.
Evolusi Keffiyeh menjadi suatu simbol politik terjadi seiring dengan meletusnya Pemberontakan Arab di tahun 1930an serta awal kebangkitan gerakan perlawanan Palestina di tahun 1960an. Yasser Arafat, merupakan salah satu tokoh politik yang mempopulerkan penggunaan Keffiyeh sebagai simbol politik perjuangan pembebasan Palestina. Pria yang merupakan salah satu pendiri Fatah ini, hampir selalu menggunakan keffiyeh bermotif kotak-kotak hitam dan putih dalam tiap kesempatan. Hanya beberapa kali saja, Arafat menggantinya dengan topi militer, atau Ushanka (topi Rusia) di iklim yang lebih dingin. Arafat memakai Keffiyehnya dengan cara semi-tradisional, membungkus kepalanya dengan agal. Ia juga mengenakan kain bermotif sama untuk leher seragam militernya. Lebih awal lagi, Arafat juga menyelempangkan kain Keffiyehnya di pundak kanannya serta menampilkan bentuk kasar segitiga yang menyimbolisasikan teritori Palestina.
Tokoh politik Palestina lain yang mempopulerkan penggunaan Keffiyeh adalah Leila Khaled, seorang perempuan anggota sayap bersenjata dari Popular Front for The Liberation of Palestine (PFLP) atau Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina. Terutama setelah foo-foto Khaled menyebarluas di koran-koran Barat setelah pembajakan TWA Flight 840 dan Dawson’s Field. Foto-foto demikian sering menampilkan Khaled memakai Keffiyeh dengan cara menyerupai kerudung perempuan Muslim, yang dililitkan di kepala dan pundak. Hal ini dianggap tidak biasa, karena Keffiyeh seringkali diasosiasikan dengan maskulinitas Arab. Banyak yang memandang hal ini disengaja oleh Leila Khaled untuk mengusung pesan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam perjuangan bersenjata Palestina.
Warna-warna yang mencuat di motif Keffiyeh juga seringkali terkait dengan simpati atau afiliasi politik. Keffiyeh dengan warna hitam dan putih menyimbolkan nasionalisme atau dukungan pada Fatah. Kemudian keffiyeh merah dan putih seringkali dipakai oleh kaum Marxis Palestina, seperti PFLP. Sedangkan Keffiyeh hijau dan putih merupakan lambang aliran Islamisme dan Hamas. Meskipun demikian pembagian warna ini tidaklah bersifat mutlak baik bagi orang-orang Palestina maupun Arab pada umumnya. Bahkan banyak aktivis solidaritas Palestina di luar negeri, termasuk di negara-negara Barat tidak mengikuti pembagian warna ini sepenuhnya.
Penyebaran penggunaan Keffiyeh sebagai aksesoris politik Palestina di luar Palestina sendiri tentu saja sangat terkait dengan gerakan solidaritas Palestina dan gerakan anti Imperialis AS dan Israel. Aktivis-aktivis mahasiswa seperti Student of Democratic Society (SDS), Resistance, Left Action, Students for Palestine, aktivis-aktivis pemuda sosialis seperti Anti Fascist Action, serta para aktivis serikat buruh dan organisasi kiri lainnya, seringkali memakai Keffiyeh dengan melipatnya menjadi segitiga dan melilitkannya di leher seperti syal dengan sisa ikatan menggantung di depan dada atau di belakang punggung. Varian lain yang juga populer adalah Keffiyeh berbentuk bujur sangkar dengan motif merah, hitam, putih, dan hijau, membentuk bendera Palestina di ujung kain. Seiring dengan serangan terbaru Israel terhadap Gaza,keberadaan Keffiyeh banyak terlihat dalam berbagai aksi demonstrasi mengecam Israel, bukan sebagai lambang agama melainkan sebagai lambang politik dukungan pada perjuangan pembebasan Palestina, bersama bendera-bendera Palestina yang berkibar-kibar.
(Sumber: Keffiyeh – en.wikipedia.org/Keffiyeh, Israel The Hijack State karya John Rose, dan Palestine karya Joe Sacco)