Potret Lee Kuan Yew sebagai Tirani

image

Lee Kuan Yew dan Tirani

Lee Kuan Yew mati 23 Maret 2015 kemarin. Ia bukan Gandhi dan juga bukan Mandela. Dalam banyak hal Yew malah menyerupai Soeharto. Seorang diktator yang korup dan kejam. Strait Times, The New York Times, CNN, dan berbagai media massa borjuasi lainnya meliput kematian Lee dengan menayangkan banyak warga Singapura berdukacita serta mengenang ‘jasa-jasa’ dan ‘prestasinya’.

Ini media yang sama yang meliput kematian raja Abdullah dari Arab Saudi sambil menayangkan pernyataan dari IMF, Bank Dunia, serta berbagai kepala negara Imperialis yang menyebutnya sebagai reformis dan pejuang hak-hak perempuan terlepas dari fakta bahwa Arab Saudi menerapkan hukuman pancung dan mutilasi lebih banyak daripada ISIS dan banyak sekali hak perempuan diberangus disana.

Tentu saja mereka yang menghendaki demokrasi sejati dan keadilan sosial tidak akan menangisi matinya Lee Kuan Yew.

Sama seperti Soeharto, Lee Kuan Yew adalah antek imperialis. Ia dengan mudah berganti kesetiaan menghamba pada rezim kolonial Inggris ke rezim fasis Jepang dan kembali lagi ke Inggris. Berkuasanya Lee Kuan Yew di Singapura tidak terlepas dari peran yang ia mainkan untuk mengkhianati serta menghabisi gerakan rakyat dan komunis di Singapura.

Setelah kekalahan blok fasis, termasuk Jepang, dalam PD II. Inggris yang mencoba menancapkan kembali kekuasaannya di berbagai negara jajahannya, termasuk Asia Tenggara, dan khususnya Malaysia dan Singapura, mendapati bahwa citra palsu superioritas kulit putih sudah hancur berantakan. Lebih mengerikannya lagi bagi Inggris, Partai Komunis Malaya (PKM) sedang berada di puncak-puncak popularitasnya karena merupakan satu-satunya gerakan perlawanan anti fasis Jepang. PKM merupakan organisasi politik terbuka yang legal dari tahun 1945 hingga 1948 dan mendapatkan dukungan rakyat.

Namun para kelas penguasa setempat dan bangsawan feodal Malaysia memilih berkolaborasi dengan Inggris. Desember 1946, Inggris mendirikan Komite Kerja dengan mengundang Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu atau United National Malayan Organization (UMNO)—organisasi politik yang menghimpun para kelas penguasa lokal dan bangsawan feodal di Malaysia untuk mendirikan Federasi Malaysia. UMNO yang kental dengan superioritas ras Melayu menemukan kesamaan kepentingan dengan Inggris  untuk melawan kaum nasionalis, kaum republiken, dan komunis yang mengutamakan multikulturalisme dan putus hubungan dengan Imperialisme Inggris. UMNO dan Inggris kembali menerapkan taktik pecah belah lalu kuasai yang tidak hanya menyasar PKM tapi juga MNP, API, Wataniah, dan sebagainya. Para buruh, aktivis serikat buruh, dan petani yang menjadi anggota PKM secara terus-menerus menjadi sasaran pelecehan, intimidasi, dan represi. Hingga PKM kemudian pada Juni 1948 dinyatakan organisasi terlarang oleh Inggris dan Inggris kemudian menetapkan National Emergency atau Darurat Nasional untuk memberangus dan menghancurkan tidak hanya PKM namun seluruh gerakan anti Imperialis dan perjuangan pembebasan nasional. PKM terpaksa bergerak di bawah tanah dan mengobarkan perang gerilya.

Bagaimanapun juga perang gerilya tidak sampai merambat ke Singapura. Singapura, yang waktu itu masih merupakan bagian dari Malaysia, menjadi pusat baru bagi perjuangan anti kolonial.

Meskipun demikian taktik pecah belah lalu kuasai yang diterapkan Inggris dengan menggunakan rasisme telah menorehkan luka sangat serius dalam masyarakat. Sentimen kebencian rasial dan curiga-mencurigai tumbuh antar ras Melayu, Tionghoa, India, dan sebagainya. Tahun 1954 pecahlah penindasan yang sangat brutal terhadap Sekolah Menengah Tionghoa dimana para pelajar yang menolak wajib militer di bawah penguasa kolonial direpresi dan ditangkapi. Sekali lagi kelas penguasa menggunakan sentimen rasis untuk mencegah bangkitnya solidaritas antar ras melawan Imperialisme.

Dari latar belakang inilah, dimana gerakan progresif dipukul mundur, PKM diperangi, dan rasisme merajalela, berdirilah People’s Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat. PAP didirikan pada 12 November 1954 oleh orang-orang Tionghoa Singapura yang mayoritas berasal dari kelas menengah, dididik di sekolah berbahasa Inggris, dan sebagian pernah kuliah di Inggris, mirip dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia). Bahkan Lee sendiri mengisahkan rekan-rekannya doyan mengikuti pesta, dansa-dansi, dan menenggak bir. PAP ini didirikan beraliansi dengan serikat-serikat buruh yang pro-komunis. Kelas buruh saat itu kehilangan instrumen politiknya karena PKM ditetapkan ilegal sementara Lee dan rekan-rekannya yang berbahasa Inggris dan tidak bisa berbahasa Mandarin butuh dukungan massa. Saat itu 70% warga Singapura adalah etnis Tionghoa dan bicara bahasa Mandarin dengan berbagai dialek yang berbeda.

Dengan basis massa tersebut Lee memenangkan kursi di Tanjong pagar pada Pemilu 1955. Bagaimanapun juga saat sayap kiri mulai memenangkan mayoritas dalam PAP, Lee menawarkan bantuan pada Inggris untuk menjadi alternatif anti-komunis dan memainkan peran pro-Barat dalam perang dingin di Asia Tenggara. Tahun 1957 pemerintah Singapura melakukan penangkapan massal terhadap aktivis-aktivis dan orang-orang pro-komunis termasuk sayap kiri PAP. Lee yang posisinya terancam akibat menguatnya sayap kiri dalam PAP diuntungkan oleh penangkapan massal ini dan memenangkan kembali jabatan sebagai Sekretaris Jenderal PAP. Lee kemudian mengganti basis dukungan massa dan konstituennya serta mengalihkannya ke kalangan pegawai negeri sipil (PNS) dan dua tahun kemudian meraih kekuasaan sebagai Perdana Menteri Singapura.

Selama Lee berkuasa ia tidak segan-segan menggunakan undang-undang keamanan internal untuk menangkap para aktivis khususnya lawan-lawan politiknya tanpa melalui proses pengadilan. Mereka yang dipenjarakan ini juga menderita berbagai praktik penyiksaan aparat Singapura. Beberapa kali tokoh oposisi yang dinilai membahayakan jabatannya juga dilarang maju ikut Pemilu atau bahkan tidak diterima bekerja di pemerintahan sama sekali.

Bersama Soeharto yang berkuasa setelah pembantaian 65, Lee kemudian mendirikan Association of South East Asia Nation (ASEAN) suatu pakta ekonomi negara-negara Asia Tenggara yang ditujukan untuk melawan komunisme dalam perang dingin di Asia Tenggara. Lee juga merupakan salah satu pendukung bagi rezim Junta militer di Burma/Myanmar.

Terlepas dari kemajuan industri dan teknologi yang dimiliki Singapura, masyarakat Singapura bukanlah masyarakat yang steril dari kesenjangan. Singapura mempekerjakan banyak sekali buruh migran dengan kondisi kerja dan hak-hak berserikat yang minim bahkan tidak ada sama sekali. Terdapat kesenjangan sangat tinggi dalam upah antara buruh dengan elit politisi dan pejabat. Indeks Koefisien Gininya lebih tinggi daripada India, Indonesia, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat.

Lee Kuan Yew memang berhasil memajukan Singapura namun kemajuan itu demi kepentingan kelas penguasa. Bukan kemajuan untuk rakyat yang hak-hak demokratisnya masih ditindas dan tidak menikmati keadilan sosial.

Sumber:
Ungpakorn, Giles Ji. 2015. “Death of a Tyrant”. Ugly Truth Thailand.

Yew, Lee Kuan. 1998. “The Singapore Story”. Marshall Cavendish.

Mauzy, Diane K.; Milne, R.S. 2002. “Singapore Politics Under the People’s Action Party. London. Routledge. 2002.

Yew, Koh Kay. 2013. “A Response to ‘Singaporean’ Citizen”

Tinggalkan komentar

MENA Solidarity Network

Solidarity with Workers in the Middle East

Indonesian Peoples' Alliance (IPA)

Movement for Peoples Sovereignty and Trade to Serve the Peoples!

Maruti Suzuki Workers Union

Inquilab Zindabad! Mazdoor Ekta Zindabad!

wonosobo bergerak

Pijar Harapan untuk Rakyat

WONOSOBO BERGERAK

Pijar Harapan untuk Rakyat

SEKBER

sekolah bersama

Jurnal Ari

Coretan iseng pengelana

Ughytov's Blog

Just another WordPress.com site

Shiraz Socialist

Because there have to be some lefties with a social life

Partai Rakyat Pekerja Komite Kota Makassar

SOSIALISME, Jalan Sejati Pembebasan Rakyat Pekerja. SOSIALISME, Solusi Bagi Krisis Kapitalisme

boemipoetra

In A Time Of Universal Deceit, Telling The Truth Is A Revolutionary Act

Berita Buruh Indonesia

sebagai SEKOLAH PERANG, SERIKAT BURUH TIDAK terkalahkan

Working Indonesia

A Blog Covering Labor Activism in Indonesia

ARTIKEL BURUH

buruhberjuang.wordpress.com

Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung

SATU dan BERSATU oleh PERS & karena MAHASISWA

Home

One voice, unify power, unify actions for workers rights